"Ucapkanlah dengan sastra. Satu konotatif bermakna jutaan denotatif. Indah dan membuatmu bertanya-tanya."
Haaaii. Sebenarnya sih lagi banyak tugas, cuman saking banyaknya bingung mau ngerjain dari mana. Dan hasilnya.....tadaaaa! Saya tidak mengerjakan apapun!! HAHAHA marvelous!πππ
Dan berujung pada membaca koleksi novel-novelku yang imutππ
Terus baca salah satu novel karya Kiersten White (bukan terjemahan), biasanya novel dengan 400 halaman itu bisa diselesaikan paling lama 1,5-2 hari. Tapi untuk novel berbahasa inggris ini baru dapat terselsaikan dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Gilaaakk. Saking susahnya, dari segi susunan grammar yang emang agak ribet, dan majas konotatif dalam pilihan diksinya ditambah ini berbahasa asing, bukan bahasa indonesia. Jadi...mohon diwajarkan kalau butuh waktu selama itu yaahπ³π
Terus salah satu poem-nya adalah:
Eyes like streams of melting snow
Cold with things she does not know
Heaven above, and
Hell beneath,
liquid flames will end her grief
I keep sayin it for hundred times, haha entah kenapa kata-katanya itu....bikin adem, it cheers up your day when you are in badmood.
Ya kalau diartikan kira-kira seperti ini:
Mata bak aliran salju yang mencair
Dingin...
penuh hal yang tak ia ketahui
Surga diatas
Neraka dibawah
Lelehan api kan akhiri kesedihannya
Maafkan diksi yang kupilih kalau agak aneh, belum jago banget urusan sastraπ Tapi aku cinta satra like the way I love him hahahahaha yakali ya haha
Kadang ketika beribu denotatif berkelebat di benak, sulit rasanya tuk ungkapkan ribuan untaian katanya. Disitulah sastra bekerja, ia bagaikan magic. Rasanya aku baru mengungkapkan sepenggal kalimat, namun peluhku kini terungkap semua.
Sayangnya sastra itu menagih. Ia seperti candu, memabukkanmu dan membuatmu ingin lagi. Mencintai sastra seperti mencintai segalanya. Karena semua hal bisa menjadi sastra. Dan sastra bisa berarti banyak hal.
Satu kata kau ucap, dua kata ingin kau bilang. Rasanya satu kalimat bahkan tak puaskan raga. Sudah kubilang sastra itu candu. Siap mencintainya, siap untuk menggilainya.
Intinya sastra itu ya bikin ketagihan. Ada waktu dimana kita merasa ingin mengungkap suatu hal, tapi sulit diungkapkan dalam denotatif. Kesannya lebay, tanpa ditemani diksi indah dan dibumbui majas-majas pilihan. Tapi bahkan sulit juga mencari konotatif halus dari denotatif yang terkesan lebay itu. Lalu kita terus berfikir untuk mendapat diksi yang tepat. Saat-saat seperti itu bisa disebut sebagai Sakau Sastra.
Jangan salah, emang narkoba doang yang bikin sakau?πππ
Segala candu membuatmu ketagihan. Karena zat adiktif sifatnya menagih. Egonya besar. Ia tak ingin dicinta sekali. Tidak juga puluhan. Namun ribuan kali. Setiap hari. Karena sastra juga mengandung zat adiktif, maka ia termasuk candu. Sifatnya menagih dan membuatmu ketagihan. Hati-hati kena Sakau Sastra ya!ππππ
Oke, mungkin saya jahat. Tapi saya sarankan untuk kalian mencintai sastra. Candunya mungkin agak berbahaya, tapi bahasanya....bernilai tinggi untuk dinikmati.
Cintailah lelaki yang mencintai sastra. Karena sastra butuh apresiasi tinggi. Kalau dia bisa menghargai karya seni seindah sastra, pasti ia bisa menghargai karya Tuhan seindah kamuπ
Sastra itu mencintai damai. Ngga ada sejarahnya orang tawuran gara-gara berbalas puisi kan?
Sekian, Wassalam!π
-lzf
Haaaii. Sebenarnya sih lagi banyak tugas, cuman saking banyaknya bingung mau ngerjain dari mana. Dan hasilnya.....tadaaaa! Saya tidak mengerjakan apapun!! HAHAHA marvelous!πππ
Dan berujung pada membaca koleksi novel-novelku yang imutππ
Terus baca salah satu novel karya Kiersten White (bukan terjemahan), biasanya novel dengan 400 halaman itu bisa diselesaikan paling lama 1,5-2 hari. Tapi untuk novel berbahasa inggris ini baru dapat terselsaikan dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Gilaaakk. Saking susahnya, dari segi susunan grammar yang emang agak ribet, dan majas konotatif dalam pilihan diksinya ditambah ini berbahasa asing, bukan bahasa indonesia. Jadi...mohon diwajarkan kalau butuh waktu selama itu yaahπ³π
Terus salah satu poem-nya adalah:
Eyes like streams of melting snow
Cold with things she does not know
Heaven above, and
Hell beneath,
liquid flames will end her grief
I keep sayin it for hundred times, haha entah kenapa kata-katanya itu....bikin adem, it cheers up your day when you are in badmood.
Ya kalau diartikan kira-kira seperti ini:
Mata bak aliran salju yang mencair
Dingin...
penuh hal yang tak ia ketahui
Surga diatas
Neraka dibawah
Lelehan api kan akhiri kesedihannya
Maafkan diksi yang kupilih kalau agak aneh, belum jago banget urusan sastraπ Tapi aku cinta satra like the way I love him hahahahaha yakali ya haha
Kadang ketika beribu denotatif berkelebat di benak, sulit rasanya tuk ungkapkan ribuan untaian katanya. Disitulah sastra bekerja, ia bagaikan magic. Rasanya aku baru mengungkapkan sepenggal kalimat, namun peluhku kini terungkap semua.
Sayangnya sastra itu menagih. Ia seperti candu, memabukkanmu dan membuatmu ingin lagi. Mencintai sastra seperti mencintai segalanya. Karena semua hal bisa menjadi sastra. Dan sastra bisa berarti banyak hal.
Satu kata kau ucap, dua kata ingin kau bilang. Rasanya satu kalimat bahkan tak puaskan raga. Sudah kubilang sastra itu candu. Siap mencintainya, siap untuk menggilainya.
Intinya sastra itu ya bikin ketagihan. Ada waktu dimana kita merasa ingin mengungkap suatu hal, tapi sulit diungkapkan dalam denotatif. Kesannya lebay, tanpa ditemani diksi indah dan dibumbui majas-majas pilihan. Tapi bahkan sulit juga mencari konotatif halus dari denotatif yang terkesan lebay itu. Lalu kita terus berfikir untuk mendapat diksi yang tepat. Saat-saat seperti itu bisa disebut sebagai Sakau Sastra.
Jangan salah, emang narkoba doang yang bikin sakau?πππ
Segala candu membuatmu ketagihan. Karena zat adiktif sifatnya menagih. Egonya besar. Ia tak ingin dicinta sekali. Tidak juga puluhan. Namun ribuan kali. Setiap hari. Karena sastra juga mengandung zat adiktif, maka ia termasuk candu. Sifatnya menagih dan membuatmu ketagihan. Hati-hati kena Sakau Sastra ya!ππππ
Oke, mungkin saya jahat. Tapi saya sarankan untuk kalian mencintai sastra. Candunya mungkin agak berbahaya, tapi bahasanya....bernilai tinggi untuk dinikmati.
Cintailah lelaki yang mencintai sastra. Karena sastra butuh apresiasi tinggi. Kalau dia bisa menghargai karya seni seindah sastra, pasti ia bisa menghargai karya Tuhan seindah kamuπ
Sastra itu mencintai damai. Ngga ada sejarahnya orang tawuran gara-gara berbalas puisi kan?
Sekian, Wassalam!π
-lzf