Human, Girl, Daydreamer

Saturday, March 1, 2014

Wanted (1) -Short Story-



I want you bad.
                Begitulah update terakhir di linimasa akun twitter Laisa, yang baru ia buat semalam. Rafiq mengerenyitkan dahinya. Merasa ada sensasi aneh dalam dirinya. Seperti, berharap. Berharap tweet itu untuknya mungkin?
***
                Entah apa yang menggerakkan dirinya. Namun pagi ini, Laisa memutuskan untuk segera membuka akun twitter-nya. Beberapa saat kemudian ia baru menyadari bahwa ia telah mendarat di profil orang lain—bukan dirinya. Profil Rafiq.
                Geez. Ngapain sih gue segala ngestalk.”
                Namun bukannya berhenti, ia memilih untuk melanjutkannya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang memaksanya untuk tetap melanjutkan aksi itu.
Fuckin same here, girl.
                Ada sesuatu aneh yang ia rasakan. Ia tahu, bahkan Rafiq tak mungkin meluangkan beberapa detik berarti dalam hidupnya untuk sekedar membaca tweet-nya, apalagi membuat semacam balasan—secara tidak langsung. Lagipula, Rafiq tidak menyukainya kan? Namun…
                “Berharap sedikit aja nggak salah, kan?” gumamnya dan segera menutup aplikasi berlogo burung biru itu. Ada banyak hal yang perlu ia lakukan hari ini daripada sekedar tertahan menatap layar laptop hanya untuk memandang profil seseorang yang bahkan tidak menyadari bahwa ia ada.
***
I wanna make you feel wanted.
                Lagi, kicauan Rafiq di twitter membuat setengah diri Laisa menggila. Bisa saja itu hanya tweet iseng, bisa saja Rafiq tidak membuat tweet itu untuknya. Namun, sekali lagi. Berharap sedikit saja tidak salah kan?
                Setelah seharian penuh mencoba menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan, malamnya Laisa harus pasrah dalam kendali bayang-bayang Rafiq. Laisa tidak mengerti, bagaimana pesona Rafiq bisa mengacaukan seluruh harinya? Bahkan seharian penuh yang sudah ia jadwalkan rapih-rapih untuk mengalihkan pikirannya dari Rafiq, berakhir kacau setelah ia tidak sengaja mendengar obrolan beberapa gadis yang menyelipkan nama Rafiq di dalamnya. Akibatnya, spanduk yang sudah terpasang pas, harus jatuh menimpa orang-orang di bawahnya. Ini dikarenakan Laisa yang berjalan meleng sehingga mengacaukan hampir seperempat dari lapangan yang sudah didekorasi.
                Hari Minggu ini, beberapa anggota OSIS dan siswa sukarela lain memiliki agenda untuk mendekorasi sekolah dan mempersiapkan kepentingan lainnya untuk salah satu event sekolah yang sangat ditunggu-tunggu. Pentas karya seni atau di sekolah ini lebih dikenal dengan istilah “Pensi HaQata”
                Laisa, sebagai salah satu siswi yang cukup populer di sekolah, dengan sukarela turut membantu. Daripada harus seharian nelangsa di rumah, ia yakin, dalam dua jam saja otaknya takkan berfungsi lagi. Bayang-bayang Rafiq seperti virus yang sudah meracuni motherboard dari otak Laisa.
                Belum lagi senyumnya yang sangat mengundang lebah itu. Manis. Tak tertahan.
                Oh, astaga! Bagaimana kata-kata itu bisa keluar dari mulut seorang Laisa? Pasti ia sudah gila. Sangat gila.
                Yah, sebenarnya acara dekor-mendekor itu hampir seratus persen berjalan lancar sesuai rencana. Kalau saja, Laisa tidak perlu menjatuhkan salah satu spanduk yang telah terpasang.
Drrt..drrt..
                Telepon genggamnya bergetar. Nomor tak dikenal. Laisa sangat malas meladeninya. Bukan bermaksud sombong atau apa, namun sudah berkali-kali beberapa nomor tak dikenal menghubunginya. Mengganggunya.
                Saat Laisa baru akan mengunci layar handphone-nya kembali, sesuatu mengusik hatinya. Isi pesan dari nomor itu adalah,
Lais?
                Lais? Belum pernah ada temannya yang memanggilnya dengan cara itu. Hanya ayahnya. Bahkan, ibunya saja tidak pernah. Lalu, ini siapa?
Ya? Ini siapa?
                Sent. Balasan terkirim. Tak lama, terasa getaran kembali.
Rafiq, hehe
                Deg! Jantungnya berhenti sejenak. Lalu bergetar tak karuan kemudian. Gila, ini gila. Hanya gara-gara pesan singkat dari seorang Rafiq, jantungnya sudah berkontraksi gila-gilaan. Lagipula, benarkah ini Rafiq?
                Laisa bingung harus membalas apa. Hal bodoh lain yang ia lakukan adalah, memilih terlelap daripada membalas pesan singkat itu. Bodoh.
***



This is copyright by me. Anti plagiarism. Thank you :) 

0 comments:

Post a Comment

© Teenager Story❦, AllRightsReserved.