5. Anhar
a. Sombong
” Budak mana maneh? ” Anhar nanya, lengan seragamnya
dilinting dan pakai kacamata hitam. Mukanya menyebalkan dan dibikin supaya aku
takut padanya.
( halaman 42 )
b. Setia kawan
Pada dasarnya, Anhar adalah orang yang cukup
setia kawan. Dia bisa hidup dalam persahabatan dan solidaritas. ( halaman 46 )
c. Sering melakukan tindakan yang buruk
Anhar sering melakukan tindakan yang buruk dengan merugikan banyak orang, seperti malak
misalnya dan merugikan dirinya sendiri dengan berpaling ke alkohol atau
obat-obatan. ( halaman 46 )
d. Kasar
Lia nangis, ditampar Anhar. ( halaman 81)
6. Burhan
a. Bijaksana
” Selesaiin dengan kekeluargaan, Lan. ” ujar Burhan ( halaman 88 )
b. Takut menyakiti perasaan orang
” Maaf, Lan. Kamu gak… gimana ya? ” kata Burhan seperti ragu mau ngomong.
( halaman 219)
c. Setia kawan
Semalaman di rumah Burhan, kami membahas soal
semuanya. Kami saling mendukung pada saat-saat mendapati masalah buruk macam
itu. ( halaman 212)
Dua di antara polisi itu mengenalku dan
mengajakku secara baik-baik untuk ikut ke kantor polisi, katanya Ini untuk
kawanmu. Aku setuju: Iya, Pak. Aku juga ikut kalau gitu, kata Burhan kemudian. ( halaman 206 )
d. Tanggung jawab
”Siapa ketuanya? ” tanya ayahku entah kepada siapa. Semua diam. ” Mana ketuamu? ” tanya ayah kepadaku. ” Aku, Ayah! ” kujawab langsung
dengan intonasi yang tegas, aku merasa itu perlu karena aku menyadari ayahku
akan suka jika aku berani bicaara, tapi tiba-tiba Burhan ngomong: ” Saya, Om. ” ( halaman 209 )
7. Akew
a. Tidak pilih
kawan
Akew anak yang baik. Dia bersahabat dengan
banyak orang termasuk pemuda Tarka yang ada di daerahnya. ( halaman 177 )
b. Penuh semangat dan tidak mudah menyerah
Dia nampak cukup bersemangat untuk itu, meskipun
akhirnya gagal karena uangnya tidak cukup ( halaman 177 )
c. Baik hati
Itulah Akew, terlepas dari semua perilakunya,
pada dasarnya Akew adalah anak yang baik dan menyenangkan. ( halaman 179 )
8. Remi Moore
a. Bijaksana
” Ya, udah atuh, gak usah dipikirin lagi. Mending
pikirin pacar Dilan yang sekarang” kata Remi. (halaman
327 )
b. Humoris
Orang-orang hanya bisa tertawa karena Remi Moore meresponsya dengan
mimik muka yang lucu ( halaman 41)
Remi Moore, dengan segala hal pada diriya,
selalu bisa melanjutkan obrolan dengan penuh kejenakaan. (halaman 301)
9. Susi
a. Egois
” Ganggu! ” jawab Susi dengan sedikit cemberut.( halaman 59)
b. Lancang
Lalu, Susi mencium bibirku dengan penuh usaha
yang memaksa. ( halaman
60 )
10. Beni
Angkuh
” Oke, ” kata Beni
sambil memandangku dengan pandangan sedikit kurang respek dan seperti orang
yang ingin tahu siapa diriku sebenarnya? ( halaman 162 )
Latar/Setting
-Tempat:
1. Sekolah
Mendengar semua yang dikatakan
Bi Eem, emosiku langsung naik dan dengan sedikit bergegas aku masuk ke sekolah.
( halaman 81 )
2. Warung Bi Eem
Aku tiba di sekolah
ketika hari sudah siang dan mampir di warung Bi Eem yang sepi tiada orang. (
halaman 80 )
3. Warung Kang Ewok
Ketika aku sampai di
warung Kang Ewok, aku melihat Remi moore yang lagi ngopi.
( halaman 321 )
4. Kamar Dilan
Jadi, aku hanya diam
di kamar dan duduk di kursi meja belajarku bersama lagu Pianoman dan lagu-lagu
lainnya yang bisa aku dengar dari tape yang ada di kamarku. ( halaman 190)
5. Rumah Milea
Di rumah Lia, hanya
ada aku, Lia, dan si Bibi. ( halaman 153 )
6.
Rumah Burhan
Sekitar pukul 05.00
sore, aku pergi ke rumah Burhan. ( halaman 205 )
7.
Kantor polisi
Kira-kira jam 09.00
malam, ayahku dating ke kantor polisi. ( halaman 207 )
8.
Taman Centrum
Mereka datang ke Taman
Centrum karena ditelepon oleh Burhan dan kemudian membawanya ke sana. ( halaman
92 )
9.
Bioskop
Susi mengajakku untuk
nonton di bangku belakang. ( halaman 60 )
10. Kota Bandung
Kalau kamu ingin
percaya, kamu benar-benar harus ke sana, ke Bandung zaman dulu, untuk bia
membandingkan dengan keadaan sekarang yang sudah macet oleh banyak kendaraan. (
halaman 92 )
11. Kota Jogja
Kami tinggal di Jogja
selama tiga hari. ( halaman 258 )
12. Kantin kantor
Aku hanya bisa santai
pada waktu istirahat untuk merokok, yaitu di kantin yang ada di samping kantor
itu. ( halaman 281 )
13. Dago Atas
Kami
akhirnya pergi ke Dago dan itu sudah sore. ( halaman 75)
14. Pemakaman
Kami akhirnya tiba
di pemakaman. ( halaman 304 )
-
Waktu:
1.
Tahun 1990 hingga tahun 1998
·
Setelah banyak yang sudah aku lakukan dalam rangka mendekati Milea Adnan
Hussain, waktu akhirnya datang, tanggal 22 Desember 1990, di Bandung, tepatnya
di warung Bi Eem, aku resmi berpacaran dengan Milea. ( halaman 69 )
·
Itu tahun 1991, kota Jogja rasanya masih sepi. ( halaman 246)
·
Ibu Rini meninggal bukan tahun 2001 seperti yang Lia katakana di bukunya,
melainkan bulan Juli tahun 1998. (halaman 298 )
2.
Subuh
Subuh di hari Kamis, aku terbangun untuk mendapat telepon dari Piyan yang
member kabar bahwa Ibu Rini meninggal dunia. ( halaman 298 )
3.
Pagi hari
Pagi-paginya, aku bermaksud telepon Cika, tapi
yang mengangkat ibunya dan katanya Cika sudah pergi ke sekolah. ( halaman 298)
4. Sore hari
Dan,
hari itu adalah sore yang cerah. ( halaman 268 )
5. Siang hari
Besoknya,
sepulang dari sekolah, yaitu kira-kira pukul 12.00 siang, kami berkumpul di
ruang tamu Burhan. ( halaman 214 )
-Suasana:
1) Gembira
Warung Bi Eem adalah tempat
terbuka untuk aku menemukan diriku, untuk bebas ngomong apa pun demi
meninggalkan sistem pendidikan yang menurutku membosankan, yaitu dengan cara
tertawa lepas bersama kartu domino, catur, atau karambol. ( halaman 55)
2) Romantis
Lia memelukku seperti ingin
terus begitu selamanya. Selama itu, Lia bicara padaku tentang banyak hal yang
aku ingin mendengarnya. Dan, kamu harus tahu bagaimana itu rasanya, di Bandung
yang dulu masih sepi, tahun 1991, ketika hari sudah akan mulai senja, ketika
keremangan mulai mengintip di balik ranting pohon mahoni, pohon damar, pohon angsana
dan juga di kelopak mataku. ( halaman 165-167)
3) Menegangkan
Suasananya
agak gelap sebagaimana biasanya. Malam itu, cuacanya betul-betul dingin,
sampai-sampai kalau kami bicara, akan ada asap keluar dari mulut. (halaman 92)
4) Kecemburuan
Sementara itu, sebagian dari diriku sedang
merasa seperti mengalami hari yang buruk atau gimana. Saat itu, aku menjadi
tidak tenang di dalam berbagai keadaan. Pikiranku terus menerus diganggu oleh
meraas ingin tahu siapa laki-laki yang tadi sudah datang bersama Lia ke
Minimarket Tina. (halaman 92 )
5) Sedih
Aku tidak menduga bahwa itu adalah malam
terakhir aku bersama Ayah di bumi. Sekitar pukul 12.00 malam, ayahku
menghembuskan napasnya yang terakhir. Tentara Indonesia itu meninggal.
Kemudian, semua kenangan dan cintaku ke Ayah mengalir seperti air mataku. (
halaman 276 )
6) Kerinduan
Di saat itu, ketika aku sendiri di kamar, sulit
bagi siapapun manusia, untuk menghabiskan waktunya tanpa berpikir apapun.
Kesunyian dan suara jangkrik di Taman Makam Pahlawan selalu menemani tidurku
untuk menikmati apa-apa yang aku rasakan di saat aku ingat Lia. ( halaman 261 )
7) Haru
Lia diam dan aku mulai merasakan punggungku
basah oleh air matanya. ( halaman 112 )
5. Alur
Cerita: Campuran
Alur cerita dari novel
ini adalah alur maju dan alur mundur. Cerita ini diawali dari alur maju
dengan menceritakan kejadian yang dialami Dilan dari kecil hingga ia duduk di bangku
SMA. Kemudian, cerita berlanjut bagaimana Dilan bertemu dengan Milea. Alur
mundur terjadi ketika Dilan menceritakan kembali pertemuan dengan para
sahabatnya. Selain itu, ada bab yang
menceritakan hubungan Dilan dengan Milea dengan diselingi alur mundur sebelum
Dilan-Milea resmi berpacaran.
Alur cerita
kembali maju saat menceritakan peristiwa setelah putusnya Dilan- Milea hingga mereka bertemu kembali dengan pasangan baru
mereka masing-masing.
Sudut
Pandang: Orang pertama pelaku utama
Aku sudah kenal Burhan sejak masih duduk di kelas 3 SMP, sedangkan saat
itu dia sudah kelas 3 SMA dan dikenal sebagai ketua geng motor terkenal yang
ada di Bandung.
Amanat
1. Cerita ini mengajarkan bahwa kesederhanaan
merupakan dasar kebahagiaan bagi manusia.
2. Kejadian di masa lalu bukan untuk disesali, tetapi
dijadikan sebagai pelajaran bagi hidup di masa yang akan datang.
3. Putus cinta harus disikapi dengan bijaksana bukan sebagai
ajang untuk saling menyalahkan.
4. Ketika manusia mempunyai rencana bagi hidupnya,
hanya Tuhan yang dapat berkuasa dan mengadili atas rencana tersebut. Takdir
tidak bisa dihindari dan harus diterima dengan lapang dada.
5. Cinta tidak harus saling memiliki tetapi cinta
dapat hadir dalam bentuk apapun.
6. Tiap manusia
memiliki jalan hidupnya masing-masing sebagai pilihan pribadinya.
7. Jangan
memandang kehidupan seseorang hanya sebelah mata karena kita tidak tahu
perjuangan apa yang mereka hadapi.
8. Pahamilah sebuah cerita dari dua sudut pandang
bukan dari satu sisi saja.
c. Analisis
Unsur Ekstrinsik
1.
Nilai Sosial
Novel ini memiliki nilai
sosial yang sering ditunjukkan melalui persahabatan yang tanpa mengenal status
sosial, rasa setia kawan yang tinggi, dan sikap menghargai satu sama lain di
antara para tokohnya. Pandangan-pandangan Dilan atas orang-orang di sekitarnya
amatlah bijaksana dan sangat menghargai perbedaan.
” Kami kenal karena kami
berkawan dengan siapapun, kecuali, dengan orang yang tidak mau bekawan dengan
kami. ” (
halaman 40)
2.
Nilai Moral
Walaupun Dilan merupakan
sosok yang digambarkan sebagai anak nakal, ia memiliki sopan santun yang baik ,
sikap yang sangat bijaksana, sangat menghargai kodrat dan harga diri wanita,
serta siap bertanggung jawab dalam menghadapi suatu masalah.
” Tapi, aku merasa tidak pantas dengan cara apa
pun melakukan tindakan meremehkan mereka. Jadi, aku hanya tahu bahwa aku
bersama kawan baru apa pun profesi merek dan bersikap biasa saja dengan
mengajaknya bicara. ” (halaman 288 )