Human, Girl, Daydreamer

Wednesday, September 12, 2018

Analisis Novel Dilan


5. Anhar
a.  Sombong
Budak mana maneh? Anhar nanya, lengan seragamnya dilinting dan pakai kacamata hitam. Mukanya menyebalkan dan dibikin supaya aku takut padanya.
 ( halaman 42 )
b.  Setia kawan
Pada dasarnya, Anhar adalah orang yang cukup setia kawan. Dia bisa hidup dalam persahabatan dan solidaritas.  ( halaman 46 )
c. Sering melakukan tindakan yang buruk
Anhar sering melakukan tindakan yang buruk  dengan merugikan banyak orang, seperti malak misalnya dan merugikan dirinya sendiri dengan berpaling ke alkohol atau obat-obatan. ( halaman 46 )
d. Kasar
Lia nangis, ditampar Anhar.  ( halaman 81)
6. Burhan
a. Bijaksana
Selesaiin dengan kekeluargaan, Lan. ujar Burhan ( halaman 88 )
b. Takut menyakiti perasaan orang
Maaf, Lan. Kamu gak… gimana ya?kata Burhan seperti ragu mau ngomong.
( halaman 219)
c. Setia kawan
Semalaman di rumah Burhan, kami membahas soal semuanya. Kami saling mendukung pada saat-saat mendapati masalah buruk macam itu.  ( halaman 212)
Dua di antara polisi itu mengenalku dan mengajakku secara baik-baik untuk ikut ke kantor polisi, katanya Ini untuk kawanmu. Aku setuju: Iya, Pak. Aku juga ikut kalau gitu, kata Burhan kemudian. ( halaman 206 )
d. Tanggung jawab
Siapa ketuanya? tanya ayahku entah kepada siapa. Semua diam. Mana ketuamu?tanya ayah kepadaku. Aku, Ayah! kujawab langsung dengan intonasi yang tegas, aku merasa itu perlu karena aku menyadari ayahku akan suka jika aku berani bicaara, tapi tiba-tiba Burhan ngomong: Saya, Om. ( halaman 209 )


7.  Akew
a.  Tidak pilih kawan
Akew anak yang baik. Dia bersahabat dengan banyak orang termasuk pemuda Tarka yang ada di daerahnya.  ( halaman 177 )
b. Penuh semangat dan tidak mudah menyerah
Dia nampak cukup bersemangat untuk itu, meskipun akhirnya gagal karena uangnya tidak cukup   ( halaman 177 )
c. Baik hati
Itulah Akew, terlepas dari semua perilakunya, pada dasarnya Akew adalah anak yang baik dan menyenangkan.  ( halaman 179 )
8.  Remi Moore
a. Bijaksana
Ya, udah atuh, gak usah dipikirin lagi. Mending pikirin pacar Dilan yang sekarangkata Remi. (halaman 327 )
b. Humoris
 Orang-orang hanya bisa tertawa karena Remi Moore meresponsya dengan mimik muka yang lucu ( halaman 41)
Remi Moore, dengan segala hal pada diriya, selalu bisa melanjutkan obrolan dengan penuh kejenakaan. (halaman 301)
9. Susi
a. Egois
Ganggu!jawab Susi dengan sedikit cemberut.( halaman 59)
b. Lancang                               
Lalu, Susi mencium bibirku dengan penuh usaha yang memaksa.  ( halaman 60 )
10. Beni
            Angkuh
Oke, kata Beni sambil memandangku dengan pandangan sedikit kurang respek dan seperti orang yang ingin tahu siapa diriku sebenarnya? ( halaman 162 )

Latar/Setting
-Tempat:
1. Sekolah
Mendengar semua yang dikatakan Bi Eem, emosiku langsung naik dan dengan sedikit bergegas aku masuk ke sekolah. ( halaman 81 )
2. Warung Bi Eem
Aku tiba di sekolah ketika hari sudah siang dan mampir di warung Bi Eem yang sepi tiada orang. ( halaman 80 )
3. Warung Kang Ewok
Ketika aku sampai di warung Kang Ewok, aku melihat Remi moore yang lagi ngopi.
 ( halaman 321 )
4. Kamar Dilan
Jadi, aku hanya diam di kamar dan duduk di kursi meja belajarku bersama lagu Pianoman dan lagu-lagu lainnya yang bisa aku dengar dari tape yang ada di kamarku. ( halaman 190)
5. Rumah Milea
Di rumah Lia, hanya ada aku, Lia, dan si Bibi. ( halaman 153 )
6. Rumah Burhan              
Sekitar pukul 05.00 sore, aku pergi ke rumah Burhan. ( halaman 205 )
7. Kantor polisi                
Kira-kira jam 09.00 malam, ayahku dating ke kantor polisi. ( halaman 207 )
8. Taman Centrum                                                              
Mereka datang ke Taman Centrum karena ditelepon oleh Burhan dan kemudian membawanya ke sana. ( halaman 92 )
9. Bioskop                    
Susi mengajakku untuk nonton di bangku belakang. ( halaman 60 )
10. Kota Bandung
Kalau kamu ingin percaya, kamu benar-benar harus ke sana, ke Bandung zaman dulu, untuk bia membandingkan dengan keadaan sekarang yang sudah macet oleh banyak kendaraan. ( halaman 92 )
11. Kota Jogja                                             
Kami tinggal di Jogja selama tiga hari. ( halaman 258 )
12. Kantin kantor
Aku hanya bisa santai pada waktu istirahat untuk merokok, yaitu di kantin yang ada di samping kantor itu. ( halaman 281 )
            13. Dago Atas                                                                                 
            Kami akhirnya pergi ke Dago dan itu sudah sore. ( halaman 75)
            14. Pemakaman
            Kami akhirnya tiba di pemakaman. ( halaman 304 )

-       Waktu:
1.      Tahun 1990 hingga tahun 1998
·         Setelah banyak yang sudah aku lakukan dalam rangka mendekati Milea Adnan Hussain, waktu akhirnya datang, tanggal 22 Desember 1990, di Bandung, tepatnya di warung Bi Eem, aku resmi berpacaran dengan Milea. ( halaman 69 )
·         Itu tahun 1991, kota Jogja rasanya masih sepi. ( halaman 246)
·         Ibu Rini meninggal bukan tahun 2001 seperti yang Lia katakana di bukunya, melainkan bulan Juli tahun 1998. (halaman 298 )

2.      Subuh
Subuh di hari Kamis, aku terbangun untuk mendapat telepon dari Piyan yang member kabar bahwa Ibu Rini meninggal dunia. ( halaman 298 )
3.      Pagi hari
Pagi-paginya, aku bermaksud telepon Cika, tapi yang mengangkat ibunya dan katanya Cika sudah pergi ke sekolah. ( halaman 298)
4. Sore hari
Dan, hari itu adalah sore yang cerah. ( halaman 268 )
5. Siang hari
Besoknya, sepulang dari sekolah, yaitu kira-kira pukul 12.00 siang, kami berkumpul di ruang tamu Burhan. ( halaman 214 )

-Suasana:
1) Gembira
            Warung Bi Eem adalah tempat terbuka untuk aku menemukan diriku, untuk bebas ngomong apa pun demi meninggalkan sistem pendidikan yang menurutku membosankan, yaitu dengan cara tertawa lepas bersama kartu domino, catur, atau karambol. ( halaman 55)

2) Romantis
Lia memelukku seperti ingin terus begitu selamanya. Selama itu, Lia bicara padaku tentang banyak hal yang aku ingin mendengarnya. Dan, kamu harus tahu bagaimana itu rasanya, di Bandung yang dulu masih sepi, tahun 1991, ketika hari sudah akan mulai senja, ketika keremangan mulai mengintip di balik ranting pohon mahoni, pohon damar, pohon angsana dan juga di kelopak mataku. ( halaman 165-167)

3) Menegangkan
Suasananya agak gelap sebagaimana biasanya. Malam itu, cuacanya betul-betul dingin, sampai-sampai kalau kami bicara, akan ada asap keluar dari mulut. (halaman 92)

4) Kecemburuan
Sementara itu, sebagian dari diriku sedang merasa seperti mengalami hari yang buruk atau gimana. Saat itu, aku menjadi tidak tenang di dalam berbagai keadaan. Pikiranku terus menerus diganggu oleh meraas ingin tahu siapa laki-laki yang tadi sudah datang bersama Lia ke Minimarket Tina. (halaman 92 )
5) Sedih
Aku tidak menduga bahwa itu adalah malam terakhir aku bersama Ayah di bumi. Sekitar pukul 12.00 malam, ayahku menghembuskan napasnya yang terakhir. Tentara Indonesia itu meninggal. Kemudian, semua kenangan dan cintaku ke Ayah mengalir seperti air mataku. ( halaman 276 )
6) Kerinduan
Di saat itu, ketika aku sendiri di kamar, sulit bagi siapapun manusia, untuk menghabiskan waktunya tanpa berpikir apapun. Kesunyian dan suara jangkrik di Taman Makam Pahlawan selalu menemani tidurku untuk menikmati apa-apa yang aku rasakan di saat aku ingat Lia. ( halaman 261 )
7) Haru
Lia diam dan aku mulai merasakan punggungku basah oleh air matanya. ( halaman 112 )

5. Alur Cerita: Campuran
Alur cerita dari novel ini adalah alur maju dan alur mundur. Cerita ini diawali dari alur maju  dengan menceritakan kejadian yang dialami  Dilan dari kecil hingga ia duduk di bangku SMA. Kemudian, cerita berlanjut bagaimana Dilan bertemu dengan Milea. Alur mundur terjadi ketika Dilan menceritakan kembali pertemuan dengan para sahabatnya. Selain itu, ada bab  yang menceritakan hubungan Dilan dengan Milea dengan diselingi alur mundur sebelum Dilan-Milea resmi berpacaran.

Alur  cerita kembali maju saat menceritakan peristiwa setelah putusnya Dilan- Milea hingga mereka bertemu kembali dengan pasangan baru mereka masing-masing.


Sudut Pandang: Orang pertama pelaku utama

Aku sudah kenal Burhan sejak masih duduk di kelas 3 SMP, sedangkan saat itu dia sudah kelas 3 SMA dan dikenal sebagai ketua geng motor terkenal yang ada di Bandung.

Amanat
1. Cerita ini mengajarkan bahwa kesederhanaan merupakan dasar kebahagiaan bagi manusia.
2. Kejadian di masa lalu bukan untuk disesali, tetapi dijadikan sebagai pelajaran bagi hidup di masa yang akan datang. 
3. Putus cinta harus disikapi dengan bijaksana bukan sebagai ajang untuk saling menyalahkan.
4. Ketika manusia mempunyai rencana bagi hidupnya, hanya Tuhan yang dapat berkuasa dan mengadili atas rencana tersebut. Takdir tidak bisa dihindari dan harus diterima dengan lapang dada.
5. Cinta tidak harus saling memiliki tetapi cinta dapat hadir dalam bentuk apapun.
6.  Tiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing sebagai pilihan pribadinya.
7.  Jangan memandang kehidupan seseorang hanya sebelah mata karena kita tidak tahu perjuangan apa yang mereka hadapi.
8. Pahamilah sebuah cerita dari dua sudut pandang bukan dari satu sisi saja.





c. Analisis Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Sosial
Novel ini memiliki nilai sosial yang sering ditunjukkan melalui persahabatan yang tanpa mengenal status sosial, rasa setia kawan yang tinggi, dan sikap menghargai satu sama lain di antara para tokohnya. Pandangan-pandangan Dilan atas orang-orang di sekitarnya amatlah bijaksana dan sangat menghargai perbedaan.
Kami kenal karena kami berkawan dengan siapapun, kecuali, dengan orang yang tidak mau bekawan dengan kami.  ( halaman 40)
2. Nilai Moral
Walaupun Dilan merupakan sosok yang digambarkan sebagai anak nakal, ia memiliki sopan santun yang baik , sikap yang sangat bijaksana, sangat menghargai kodrat dan harga diri wanita, serta siap bertanggung jawab dalam menghadapi suatu masalah.
Tapi, aku merasa tidak pantas dengan cara apa pun melakukan tindakan meremehkan mereka. Jadi, aku hanya tahu bahwa aku bersama kawan baru apa pun profesi merek dan bersikap biasa saja dengan mengajaknya bicara. (halaman 288 )



           

Read More

Tuesday, September 11, 2018

Kutipan Jurnal: Masa Depan Pendidikan Teknik Mesin di Indonesia

Masa DepaPendidikan Teknik Mesin di Indonesia1



DjokSuharto2 dan Andi Isra Mahyuddin 3
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung



Abstrak
Tulisan ini merupakan pandangan penulis mengenai masa depan pendidikan Teknik Mesin di Indonesia dan disampaikan sebagai ”Keynote” pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin ke 7 di Universitas
Sam Ratulangi Manado pada tanggal 4 Nopember 2008. Tiga hal pokok disoroti dalam makalah ini, yang pertama adalah usaha untuk membuat pendidikan Teknik Mesin yang lebih bermakna, baik untuk pengembangan industri di Indonesia maupun untuk berkontribusi ke industri (pasar) global, yang kedua adalah antisipasi munculnya ilmu baru pada abad ke 21 serta dampaknya pada profesi Teknik Mesin dan yang terakhir adalah antisipasi  ketidakcocokan (mismatch) perencanaan pendidikan (education push
factor) di bidang Teknik Mesin dengan sektor riil di industri (industrial pull factor).

Keywords: Masa depan, Teknik Mesin, Indonesia


1.   PENDAHULUAN

Melihat masa depan adalah sesuatu hal yang tidak mudah dilakukan dan dalam tulisan singkat ini penulis berusaha memberikan pandangan berdasarkan pengalaman pengalaman dalam mengelola pendidikan Teknik Mesin, bekerja langsung sebagai dosen maupun dar kerjasama dengan industri. Tiga makalah yang telah ditulis sebelumnya dapat diacu sebagai referensi yaitu 1. How Should We Educate our Engineers?” (1995)4, 2. Benchmarking Subtansi Materi Program dan Kinerja Lulusan Pendidikan Tinggi Teknik Mesin (2005)5 serta 3. Toward Research University” (2007)6. Acuan lain yang sangat relevan adalah workshop tentang LBE ( Lab Based Education) dan UIL (University- Industry  Linkage)  pada  bulan  Juli  2008  yang  diselenggarakan  atas  kerja  sama  JICA  (Japan International Cooperation Agency) dengan Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Universitas Hasanuddin dimana penulis membandingkan pendidikan di Fakultas Kedokteran dengan pendidikan di Fakultas Teknik. Disamping itu pengalaman mengelola dan terlibat dalam kerjasama dengan universitas internasional serta program kerjasama universitas di Asean dan Jepang memperkaya wawasan penulis dan perlu ditebarkan untuk staf generasi muda supaya bisa digunakan untuk mengembangkan pendidikan Teknik Mesin yang bermutu di masa depan.

Makalah ini membahas 3 isu penting yang menurut penulis sangat relevan pada saat ini. Isu pertama adalah keterkaitan antara pendidikan Teknik Mesin dengan industri karena pendidikan engineering” atau teknologi sudah seharusnya bermuara pada kompetensi (hard competency) yang relevan sehingga lulusan yang dihasilkan dapat berkontribusi pada bidang profesinya. Isu ini sangat kritis karena pengembangan industri riil di Indonesia tidak berjalan dengan mulus dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi keuangan, iklim investasi, birokrasi dan politik serta kualitas tenaga kerja.


1 Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin VII, 4 5 November 2008, Manado.
2 Ketua Senat, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, ITB.
3 Dekan, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, ITB.
4 D. Suharto and A.I. Mahyuddin, “How Should We Educate Our Engineers? SEAMEO Colloquium on
Engineering and Technology Education, 9 11 Januari, 1995, Jakarta, Indonesia.
5 A.I. Mahyuddin, Benchmarking Substansi Materi Program dan Kinerja Lulusan Pendidikan Tinggi
Teknik Mesin, Semiloka Nasional & Best Practice Exchange, Forum Konvensi Nasional Insinyur Mesin, Jakarta, Indonesia, 2005.
6 D. Suharto and A.I. Mahyuddin, Toward Research University”, Journal of the Japan Society of Mechanical
Engineers, Vol. 110, No. 1064, 2007.



Download file lengkapnya disini!

atau di

https://scholar.google.com/citations?user=YOsTo5gAAAAJ&hl=en
Read More

© Teenager Story❦, AllRightsReserved.