10:05 am.
Takjub. Itulah kesan pertama Syeca,
saat—untuk pertama kalinya—menginjakkan kaki
di Pulau Dewata. Ini akan menjadi liburan terbaiknya. Terbayang hari-hari yang
akan dijalaninya selama berlibur di Bali. Ia telah menyusun berbagai rencana
serta rangkaian kegiatan secara matang-matang, dan tak ada satu hal pun yang
mampu mengacaukannya.
“Syeca, jangan
terlalu jauh dari Mama. Bandara ini ramai sekali, kita bisa terpisah,” tegur
seorang wanita paruh baya pada Syeca yang masih mematung tak bergeming di
tempatnya.
Seketika seluruh
nyawa Syeca kembali, ia tersadar. Ia setengah berlari mengejar Ibunya yang
berada agak jauh di depannya. “Ma! Syeca senang sekali berlibur di Bali! It’s gonna be my best holiday, ever! I love
you, millions of love, Ma!” ujarnya bersemangat sambil menghambur ke dalam
pelukan Ibunya.
***
Masih di hari yang sama. Kali ini menjelang tengah malam. Syeca gelisah
menunggu Ibunya yang belum pulang. Beberapa saat yang lalu ia mendengar suara
ledakan yang membuatnya ketakutan setengah mati. Ia juga mendengar kegaduhan
dari luar kamar hotelnya.
Seorang
pelayan hotel datang dan membawa berita yang mampu meremukkan rusuk Syeca. Ternyata
telah terjadi ledakkan bom, tepat di tempat pertemuan Ibunya. Ibunya beserta
beberapa korban lain tewas di tempat. Syeca mematung. Inikah liburan
terbaiknya?
0 comments:
Post a Comment