Aku terbujur
kaku diatas meja. Dibawah tumpukan buku-buku lain yang berat dan tebalnya
berkali-kali lipat dariku. Apakah ada seseorang yang bisa melihatku?
“Ma,
buku Adel yang tadi mama taruh dimana?” seru Adel dari kamarnya.
“Mama
sudah taruh di tas, sayang. Ayo cepat berangkat.”
***
“Anak-anak,
kumpulkan tugasnya sekarang, ya!”
Adel
sibuk mengeluarkan isi tasnya. Mencari dimana tugasnya. “Ya ampun! Kok, tugasku
nggak kebawa? Mama bilang sudah ditaruh di tas. Kenapa malah buku ini yang dibawa…”
“Adel,
kamu sudah mengumpulkan tugas?” Adel menggeleng. “Lho, kenapa?”
“Ketinggalan,
Bu. Mama bilang sudah ditaruh di tas tapi ternyata nggak ada.”jawabnya dengan
mimik sedih.
“Ya
sudah, besok jangan lupa bawa, ya.” Adel mengangguk.
***
Adel pulang ketika Mama sudah selesai
membereskan buku-buku tua yang berada di atas meja. Semuanya sudah disumbangkan
ke perputaskaan atau diloakkan. Termasuk aku.
Seharian
Adel mencari, namun nihil hasilnya. Bagaimana mungkin iya menemukanku jika aku
berada di tempat yang berbeda dengannya.
****
Hingga akhirnya….
“Wah,
sudah ketemu bukunya, ya?”
“Belum,
Bu. Saya menulis ulang dari awal lagi…”
“Oh,
baiklah tepuk tangan semuanya buat Adel karena tugas yang ia buat mendapat
nilai terbaik dan akan diikutsetakan dalam lomba!”
Seandainya
itu aku. Seandainya aku yang disitu. Bukan di tempat gelap berdebu seperti ini.
0 comments:
Post a Comment