Penulis : Rizki Ridyasmara
Kategori Buku : Novel, Fiksi, Thriiler
Penerbit : Conspiratus Society (perdana), Pustaka Al
Kautsar, Bentang Pustaka (sekarang)
Tahun Terbit : 2013, Juli
Cetakan : Pertama
ISBN : 978-602-7888-46-3
Tebal Buku : x + 438 hlm
Jenis Kertas : Buram
Cover : Soft Cover
Dimensi : 13 x 20,5 cm
Novel dengan judul The Jacatra
Secret dengan tebal 524 halaman memberikan banyak informasi dan kejutan luar
biasa. Betapa tidak? Kita selama ini memiliki informasi standar dalam buku
sejarah bahwa Jakarta sebagai pusat ibukota pada zaman kolonial adalah Kota
Batavia peninggalan VOC (Vereinigde Oost-Indische Compagnie) yang disebut juga
dengan Kompeni yang terbentuk pada tahun 1602. Namun kali ini kita dikejutkan
dengan kenyataan yang dikemas dalam novel thriler bahwa Jakarta adalah kota
Masonik yaitu organisasi rahasia dan persaudaraan yang terkenal dengan istilah
Freemasonry dalam bahasa Inggris atau Vrijmetselarij dalam bahasa Belanda.
Simbol-simbol Masonik tersebut dapat terlihat jelas dalam
jejak-jejak keberadaan bangunan dan kuburan bekas Belanda seperti Stadhuis
(sekarang Gedung Balai Kota Jakarta dan Museum Jakarta), Adhucstat
Logegebouw(sekarang gedung BAPENNAS),Kerkhof Laan (sekarang Tempat Pemakaman
Umum Kebon Jahe Kober yang kemudian sejak tahun 1977 diganti menjadi Museum
Taman Prasasti), Bundaran Hotel Indonesia.
Pada halaman 9, penulis novel ini memberikan pemaparan awal yang
bagi saya merupakan maksud dan tujuan novel ini ditulis, dengan mengatakan
fakta mengenai apa dan bagaimana Batavia sbb: “Batavia dibangun VOC menurut
cetak biru Freemasonry Hindia Belanda. Kelompok persaudaraan okultis ini
menyisipkan aneka simbol Masoniknya di berbagai tata ruang kota, arsitektur
gedung dan monumen, prasasti makam dan lainnya, yang masih bisa disaksikan
hingga sekarang”.
Novel dibuka dengan adegan dimana sebuah sekte tersembunyi melakukan
ritual suci terakhirnya sebelum bersembunyi dalam gelap, karena adanya
pelarangan penyebaran sekte tersebut di Indonesia, melalui sebuah surat yang
diterbitkan pemerintahan Presiden Soekarno. Sekte itu, Freemansory, akhirnya
menghilang…untuk sementara waktu.
Cerita pun melompat ke masa kini, pada suatu malam, seorang tokoh
neolib Indonesia, Profesor Sudrajat, terbunuh di Museum Sejarah Jakarta dengan
posisi akhir yang aneh, membawa polisi (AKP Luthfi Assamiri) untuk memanggil
seorang pakar bahasa simbol dari Univ George Washington, Doktor John Grant,
-yang kebetulan sedang berada di Jakarta untuk memberikan paparan pada
Conspiratus Society di Four Seasons Hotel-, untuk memecahkan misteri dibalik
posisi meninggalnya sang Professor. Doktor Grant (atau John, demikian ia lebih
senang dipanggil oleh Angelina, gadis pemoderator di Four Seasons) pun
merelakan waktunya di Jakarta untuk memecahkan misteri pembunuhan Prof
Sudrajat. AS AT DUTCH, itulah pesan terakhir sang neolib yang ditulisnya dengan
darah di tembok gerbang Museum Sejarah Jakarta.
Kematian misterius ikon NeoLib tersebut menggemparkan Jakarta dan
polisi cukup kesulitan memecahkan siapa pelaku pembunuhan keji tersebut. Posisi
tubuh Profesor Sudrajat Djoyonegoro yang tewas di depan pintu gerbang
menyisakan satu misteri yang akan menuntun pada sebuah petualangan pemecahan
makna simbolik dan keterlibatan Freemasonry. Tangan kanan menunjuk di atas
kepala dan pada tembok putih pagar gerbang Stadhuis tertulis sebuah anagram AS
AT DUTCH. Sebelum ditembak mati, sang pembunuh mencari keberadaan sebuah
medalion yang dipercayakan oleh persaudaraan rahasia kepada Profesor Sudrajat.
Adalah DR. Grant Whitemaker seorang pakar simbolog dari Universitas
George Washington yang sedang berada di Jakarta untuk memenuhi undangan
Conspiratus (pertemuan para peminat teori konspirasi) terlibat dalam pemecahan
makna simbolik yang ditinggalkan Profesor Sudradjat. Keterlibatannya atas
referensi seorang gadis peranakan Minangkabau dan Prancis bernama Angelina
Dimitrea seorang mahasiswa Paska Sarjana yang sedang mendalami Psikologi
Kriminal dan magang di Bareskrim Polda Metro Jaya.
Penokohan dan latarbelakang peristiwa dalam novel ini sama persis
dengan novel Da Vinci Code karya Dan Brown yang menuai kontroversi dan
menimbulkan skeptisme dalam kalangan Kekristenan. Dalam novel Da Vinci Code,
peristiwa diawali dengan terbunuhnya seorang kurator bernama Jacques Sauniere
di Louvre Prancis dengan tanda-tanda simbolik dan penuh teka teki di sekitar mayatnya.
Polisi memanggil Robert Langdon seorang dosen simbologi agama dari Harvard
untuk memecahkan simbol dan petunjuk misterius disekitar mayat. Usaha Langdon
ditemani oleh seorang kriptografer polisi bernama Sophie Neveu. Sauniere yang
tewas di museum tersebut bukan saja kakek dari Sophie melainkan seorang Grand
Master disebuah kelompok persaudaraan yang dipercaya menjaga rahasia purba yang
jika diungkapkan akan mengancam keberadaan Gereja. Sauniere tewas karena
melindungi lokasi dimana rahasia Cawan Suci berada.
Bedanya dalam novel Da Vinci Code, Robert Langdon dan Sophie Neveu
terlibat petualangan menyusuri jalanan di kota Paris hingga sampai di kediaman
Leigh Teabing yang eksotik dengan diapit dua buah danau pribadi bahkan sampai
pergi menuju London dan terlibat pengejaran oleh polisi, maka kisah DR. Grant
dan Agelina lebih banyak berputar di kota Jakarta khususnya beberapa lokasi
bangunan yang diduga sebagai pusat Freemasonry di zaman Belanda seperti
Stadhuis, Adhucstat Logegebouw, Kerkhof Laan serta Bundaran Hotel Indonesia.
Upaya DR. Grant dan Agelina untuk memecahkan simbol misterius yang
ditinggalkan Profesor Sudradjat menuntun mereka dalam petualangan mendebarkan
yang akan mempertemukan mereka dengan sejumlah nama seperti Sally Kostova
perempuan Uzbekisten yang menjadi sekretaris pribadi sekaligus istri simpanan
Profesor Sudradjat, Drago sang pembunuh Profesor Sudradjat, kemudian Kasturi
seorang pensiunan AURI yang tinggal di pangkalan Halim Perdana Kusuma yang
setara dengan Leigh Teabing dalam novel Da Vinci Code karena dari Kasturi, DR.
Grant dan Angelina banyak mendapatkan informasi penting terkait dengan misteri
kematian Profesor Sudradjat.
Medalion di tangan Sally Kostova yang ditemukan secara tidak sengaja
dalam tasnya paska kematian Profesor Sudradjat menjadi fokus dalam novel ini
karena dalam medalion tersebut tersimpan sebuah peta mengenai lokasi yang
diincar oleh para pengusaha yang berkuasa di Washington yang memiliki jaringan
persaudaraan rahasia Freemasonry. Lokasi rahasia tersebut akhirnya terbongkar
melalui pemecahan sandi-sandi yang rumit dari satu tempat ketempat lainnya
berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan Profesor Sudradjat dalam
rekaman video yang dipercayakan pada orang kepercayaan lainnya yang akhirnya
terbunuh yaitu Doni Samuel.
Kisah ini diakhiri dengan tertangkapnya pembunuh Profesor Sudradjat
dan terbongkarnya misteri dibalik medalion dengan sebuah pengejaran yang
membawa para pembaca novel ini pada sebuah lorong-lorong rahasia di bawah tanah
Jakarta yang telah dibuat kaum Freemasonry Belanda yang tidak banyak diketahui
banyak orang di Jakarta.
Novel ini tidak hanya berkisah mengenai bahaya konspirasi kaum
Freemasonry dengan setting kota Jakarta lama yaitu Batavia namun di dalam novel
ini banyak dikaji mengenai seluk beluk Batavia dan misteri simbol-simbol yang
terpampang di beberapa lokasi penting seperti Stadhuis, Adhucstat Logegebouw,
Kerkhof Laan serta Bundaran Hotel
Indonesia yang luput dari pemantauan buku-buku dan kajian sejarah di negeri
ini. DR. Grant yang menjadi nara sumber pemaparan latar belakang Batavia dan
simbol-simbol Masonik rupanya mewakili pemikiran penulisnya yaitu Rizki
Ridyasmara yang berusaha untuk meyakinkan pembacanya akan keberadaan dan
keterkaitan Freemasonry di Indonesia sejak keberadaan VOC hingga jaringan
Internasional yang berusaha membuat negeri Indonesia terpuruk dalam kelumpuhan
ekonomi, sosial, politik, kebudayaan.
Namun sayangnya banyak uraian dan pemikiran penulisnya yang
diselipkan dalam ucapan-ucapan tokoh DR. Grant Whitemaker dan Kasturi yang bias
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara historis maupun teologis khususnya
ketika Kekristenan dihubung-hubungkan dengan keberadaan Freemasonry dan
darimana Freemasonry berakar.
Kesimpulan:
Novel The Jacatra Secret merupakan novel thriller Indonesia pertama
yang saya baca, alur yang menegangkan, cover yang menarik, dan
informasi-informasi mencenangkan yang dibahas menjadi nilai tambah buku ini.
Namun, disamping kelebihan pasti ada kekurangan, buku ini disebut banyak orang
“terlalu Da Vinci Code”. Dikarenakan alur dan berbagai tokoh yang memang sangat
mirip. Namun, buku ini pantas mendapat 3.6 dari 4 bintang oleh saya. Sampai
saat ini, buku ini merupakan novel Indonesia favorit saya.
Teman-teman yang penasaran dan ingin membaca buku ini, jangan lupa segera kunjungi perpustakaan UNY ya!
http://journal.uny.ac.id
http://journal.student.uny.ac.id
http://e.library.uny.ac.id
0 comments:
Post a Comment